Wikipedia

Hasil penelusuran

Selasa, 02 Maret 2021

Revolusi Industri 4.0 Dan Society 5.0 Serta Kesiapan Pendidikan Di Indonesia

 


SEJARAH revolusi industri dimulai dari terjadinya revolusi industri 1.0. pada abad 18, ditandai dengan ditemukannya mesin uap oleh James Watt, dan produksi kereta api pada tahun 1750-1830, pada era ini ditandai dengan mekanisasi produksi untuk menunjang keefektivan dan efisiensi aktivitas manusia. Revolusi industri 2.0 terjadi pada abad 19 yakni antara tahun 1870-1900 dengan penemuan listrik, alat komunikasi, kimia, dan minyak, pada era ini dicirikan oleh produksi massal dan standarisasi mutu. Revolusi industri 3.0 pada abad 20 yakni antara 1960-2010 dengan penemuan komputer, internet, dan telepon genggam, pada era ini ditandai dengan penyesuaian massal dan fleksibilitas manufaktur berbasis otomasi dan robot. Revolusi industri 4.0. terjadi pada abad 21 yakni sejak 2011 sampai sekarang. Era Revolusi industri 4.0. merupakan fase real change dari perubahan yang ada, ditandai dengan cyber fisik dan kolaborasi manufaktur.

Istilah industri 4.0 berasal dari sebuah proyek yang diprakarsai oleh pemerintah Jerman untuk mempromosikan komputerisasi manufaktur. Jerman merupakan negara pertama yang membuat roadmap (grand design) tentang implementasi ekonomi digital. Revolusi industri 4.0 ditandai dengan peningkatan digitalisasi manufaktur yang didorong oleh empat faktor: (1) peningkatan volume data, kekuatan komputasi, dan konektivitas; (2) munculnya analisis, kemampuan, dan kecerdasan bisnis; (3) terjadinya bentuk interaksi baru antara manusia dengan mesin; dan (4) perbaikan instruksi transfer digital ke dunia fisik, seperti robotika dan 3D printing.

Era Revolusi Industri 4.0 ditandai oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence), super komputer, rekayasa genetika, teknologi nano, mobil otomatis, dan inovasi. Pada era ini semakin terlihat wujud dunia yang telah menjadi kampung global. Revolusi Industri 4.0 memberikan dampak ekonomi, industri, pemerintahan dan politik. Namun demikian, di sisi lain, revolusi industri ini juga akan menghilangkan 800 juta lapangan kerja di seluruh dunia sehingga diestimasi terjadi sampai tahun 2030 karena diambil alih oleh robot. Hal ini bisa menjadi ancaman dunia termasuk bagi Indonesia sebagai negara yang memiliki angkatan kerja dan angka pengangguran yang cukup tinggi.

Mencermati berbagai perubahan dan inovasi serta perkembangan yang ada, Pemerintah Indonesia saat ini tengah melaksanakan langkah-langkah strategis yang ditetapkan berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0. Pemerintah dituntut menghasilkan sumber daya manusia berkualitas melalui proses Pendidikan yang berkualitas dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Perguruan Tinggi. Maka, hadirlah kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Merdeka Belajar-Kampus Merdeka, guna menjawab tuntutan perubahan pada era revolusi industri 4.0.

 

Era Society 5.0

Hadirnya era revolusi industri 4.0 (the industrial revolution 4.0.) yang menawarkan literasi baru yakni data, technology, and human literation, sebagai sebuah tesis baru era teknologi digital, sejak tahun 2018 muncul “anti tesis” dari Jepang yang lebih menjunjung “manusia” di samping terjadinya revolusi data dan teknologi. Menurut Kantor Kabinet Jepang, Society 5.0 didefinisikan sebagai sebuah masyarakat yang berpusat pada manusia yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial melalui sistem yang sangat mengintegrasikan ruang maya dan ruang fisik.

Society 5.0 dimunculkan Jepang sebagai implementasi Rencana Dasar Sains dan Teknologi ke-5 sebagai masyarakat masa depan yang harus dicita – citakan oleh Jepang. Mereka ingin menjawab dan melompati isue yang berkembang dari Eropa ke seluruh dunia tentang revolusi industri 4.0 yang dinilainya akan menghilangkan peran masyarakat manusia dengan digantikan oleh teknologi. Selanjutnya, mereka membagi lima tahapan kehidupan yakni diawali dengan masyarakat berburu (Society 1.0), masyarakat pertanian (Society 2.0), masyarakat industri (Society 3.0), masyarakat informasi (Society 4.0), dan masyarakat konvergensi maya-fisik (Society 5.0). Tujuan dari konsep ini sendiri adalah mewujudkan masyarakat dimana manusia-manusia di dalamnya benar-benar menikmati hidup dan merasa nyaman. Society 5.0 sendiri baru diresmikan pada 21 Januari 2019 dan dibuat sebagai solusi atas revolusi industri 4.0 yang ditakutkan akan mendegradasi umat manusia. Society 5.0 adalah masyarakat yang dapat menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era revolusi industry 4.0 seperti Internet on Things (internet untuk segala sesuatu), Artificial Intelligence (kecerdasan buatan), Big Data (data dalam jumlah besar), dan robot untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.

Sebenarnya konsep revolusi 4.0 dan Society 5.0 tidak memiliki perbedaan yang jauh. Hanya saja konsep Society 5.0 lebih memfokuskan konteks terhadap manusia. Jika Revolusi industry 4.0 menggunakan kecerdasan buatan sebagai komponen utama dalam membuat perubahan di masa yang akan datang, maka Society 5.0 menggunakan teknologi modern hanya saja mengandalkan manusia sebagai komponen utamanya. Society 4.0 memungkinkan kita untuk mengakses juga membagikan informasi di internet. Society 5.0 adalah era dimana semua teknologi adalah bagian dari manusia itu sendiri. Internet bukan hanya sekedar untuk berbagi informasi melainkan untuk menjalani kehidupan.

Kesiapan Pendidikan di Indonesia

Pada era revolusi industri 4.0 diperlukan tiga literasi yaitu literasi data, literasi manusia, dan literasi teknologi. Pembelajaran di era revolusi 4.0 dapat menerapkan hybrid/blended learning dan Case-base Learning. Pendidikan dalam era Society 5.0, memungkinkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran berdampingan dengan robot. Tantangan pasti akan dihadapi dalam setiap transisi inovasi dan teknologi. Kita harus berani dan siap, jika tidak, maka kita akan tenggelam oleh disrupsi ini. Lalu, bagaimana dengan kesiapan pendidikan di Indonesia?

Trand pendidikan Indonesia saat ini yaitu online learning yang menggunakan internet sebagai penghubung antara pendidik dan peserta didik. Peran pendidik dalam era Revolusi Industri 4.0 harus diwaspadai, para pendidik tidak boleh hanya menitikberatkan tugasnya hanya dalam transfer ilmu, namun lebih menekankan pendidikan karakter, moral dan keteladanan. Hal ini dikarenakan transfer ilmu dapat digantikan oleh teknologi, namun penerapan softskill dan hardskill tidak bisa digantikan dengan alat dan teknologi secanggih apapun. Dengan lahirnya Society 5.0 diharapkan dapat membuat teknologi di bidang pendidikan yang tidak merubah peran pendidik dalam mengajarkan pendidikan moral dan keteladanan bagi para peserta didik. Untuk mewujudkan cita-cita Making Indonesia 4.0, harus ada wujud konkret dan usaha yang keras untuk pemerintah Indonesia dan kita semua dalam menyongsong era digitalisasi. Pendidikan di Indonesia perlu melihat kembali infrastruktur yang ada, pengembangan SDM, menyinkronkan pendidikan dan industri, serta penggunaan teknologi sebagai alat kegiatan belajar mengajar. Sedangkan, untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas, Perguruan Tinggi mesti memperhatikan empat hal yaitu pendidikan berbasis kompetensi, pemanfaatan IoT (internet of things), pemanfaatan virtual atau augmented reality dan yang terakhir pemanfaatan AI (artifical intelligence). Dengan begitu, diharapkan pendidikan di Indonesia telah siap memasuki era disrupsi ini.

 

Tidak ada komentar: