https://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/view/4061
Artikel ini terbit di Jurnal Kewarganegaraan Universitas PGRI Yogyakarta. Jil. 6 No. 2 September 2022 P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328
Hiduplah dengan riang dan gembira
Artikel ini terbit di Jurnal Kewarganegaraan Universitas PGRI Yogyakarta. Jil. 6 No. 2 September 2022 P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328
https://jurnal-stiepari.ac.id/index.php/sewagati/article/view/147
Artikel ini sudah terbit di SEWAGATI Jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia. Vol.1, No.1 Maret 2022. e-ISSN: 2962-4126; p-ISSN: 2962-4495, Hal 01-10
bersama antar Kementerian Sosial, Kemendikbud Ristek dan Kemenag RI. Program ini memiliki
prinsip berdampak, inklusif dan kolaboratif. Pejuang muda diikuti oleh mahasiswa dari berbagai
lintas jurusan yang disebar dan ditempatkan di 34 provinsi dan 354 kabupaten/kota. Terdapat beberapa
kategori program yang dilakukan mahasiswa antara lain : 1. Pengembangan Program Bantuan Sosial.
2. Pemberdayaan Fakir Miskin dan Lanjut Usia. 3. Pola hidup sehat dan kesehatan lingkungan. 4.
Fasilitas untuk Kepentingan Umum Pembangunan. Dalam pelaksanaan dilapangan, mahasiswa
dibimbing oleh Mentor yang menyimpan kitf memberikan pembelajaraan musim berbagi,
pendampingan kegiatan dan penilaian kinerja mahasiswa melalui Tim Proyek Berbasis.
Metode pelaksanaan kegiatan melalui online dan offline. Tujuan pengabdian ini memastikan validasi
data yang benar dan sesuai terkait DTKS dari Pudatin Kemensos dan membantu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Sanggau, Sekadau, Kapuas Hulu, Ketapang dan Kota
Singkawang Provinsi Kalimantan Barat.
Artikel ini sudah terbit di Jurnal Ilmiah Manajemen, Bisnis dan Kewirausahaan, Jil. 2 No.2 (2022): Juni
https://journal.sinov.id/index.php/jurimbik/article/view/129
Abstrak : Tujuan Penelitian Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh hubungan antara disipilin kerja pegawai dan kualitas pelayanan Kantor Pemerintahan Desa Kadugede terhadap kepuasan masyarakat Desa Kadugede. Jenis penelitian ini adalah asosiatif kausalitatif dengan pengumpulan data kuosioner 100 responden dari total 4514 penduduk Desa Kadugede, pengambilan sampel mengguakan metode sampling insidenta
Artikel ini telah dipublikasikan di Grup 4 di Asia Europe Student Exchange
Jerman merupakan negara yang disegani dalam berbagai bidang seperti pendidikan, teknologi, gaya hidup hingga sepak bola. Negara berbentuk Republik Federal ini terletak di jantung Eropa. Negara dengan demokrasi terbuka yang sangat up to date ini selalu menjadi penggerak gaya hidup dan budaya Eropa, bahkan mempengaruhi dunia.
Jerman adalah negara ekonomi paling kuat di dunia. Penduduk Jerman mencapai 82 juta orang. Ada berbagai industri kreatif dan kehidupan budaya yang berkembang dengan baik di Jerman. Jerman memiliki 370 universitas terkenal. Negara favorit untuk melanjutkan studi kuliah selain Amerika dan Inggris. Jerman telah menghasilkan 68 ilmuwan peraih Nobel. Atraksi ini membuat kami ingin melanjutkan studi master dan doktoral kami di negeri Tim Panzer.
Masalah
Jerman merupakan negara tersukses di Uni Eropa, namun memiliki masalah unik yang melingkupi masyarakatnya, yaitu masalah sampah. Pemerintah setempat dibuat bingung dengan keberadaan gunungan sampah di beberapa tempat. Masalah sampah harus segera diatasi, karena akan menimbulkan masalah lain yang lebih kompleks, tidak hanya terkait kebersihan lingkungan, tetapi juga masalah sosial.
Kementerian Lingkungan Jerman menjelaskan bahwa persyaratan hukum untuk pengelolaan limbah di semua negara bagian adalah sama, di bawah undang-undang federal. Jerman, yang memiliki 402 kota, memiliki aturan sendiri tentang bagaimana rumah tangga dan perusahaan harus menggunakan infrastruktur kota dan bertanggung jawab atas limbah yang mereka hasilkan.
Larutan
Langkah Inovasi
Ide Terkait Dan Relevan
Prospek Proyek
Masalah sampah merupakan masalah global yang terjadi di berbagai negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Permasalahan tersebut dapat teratasi, salah satunya melalui pemanfaatan berbagai inovasi dan teknologi digital yang dapat mengubah permasalahan sampah menjadi peluang bisnis.
Di era pandemi saat ini, dengan pesatnya perkembangan teknologi digital, menuntut dicarikan solusi yang tepat sasaran. Mayoritas masyarakat dunia telah menggunakan alat komunikasi digital kapanpun dan dimanapun. Aplikasi platform ReFood menjawab tantangan dalam masalah food waste.
Istilah industri 4.0 berasal dari sebuah proyek yang diprakarsai
oleh pemerintah Jerman untuk mempromosikan komputerisasi manufaktur. Jerman
merupakan negara pertama yang membuat roadmap (grand design) tentang
implementasi ekonomi digital. Revolusi industri 4.0 ditandai dengan peningkatan
digitalisasi manufaktur yang didorong oleh empat faktor: (1) peningkatan volume
data, kekuatan komputasi, dan konektivitas; (2) munculnya analisis, kemampuan,
dan kecerdasan bisnis; (3) terjadinya bentuk interaksi baru antara manusia dengan
mesin; dan (4) perbaikan instruksi transfer digital ke dunia fisik, seperti
robotika dan 3D printing.
Era Revolusi Industri 4.0 ditandai oleh kecerdasan buatan
(artificial intelligence), super komputer, rekayasa genetika, teknologi nano,
mobil otomatis, dan inovasi. Pada era ini semakin terlihat wujud dunia yang
telah menjadi kampung global. Revolusi Industri 4.0 memberikan dampak ekonomi,
industri, pemerintahan dan politik. Namun demikian, di sisi lain, revolusi
industri ini juga akan menghilangkan 800 juta lapangan kerja di seluruh dunia
sehingga diestimasi terjadi sampai tahun 2030 karena diambil alih oleh robot.
Hal ini bisa menjadi ancaman dunia termasuk bagi Indonesia sebagai negara yang
memiliki angkatan kerja dan angka pengangguran yang cukup tinggi.
Mencermati berbagai perubahan dan inovasi serta perkembangan
yang ada, Pemerintah Indonesia saat ini tengah melaksanakan langkah-langkah
strategis yang ditetapkan berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0.
Pemerintah dituntut menghasilkan sumber daya manusia berkualitas melalui proses
Pendidikan yang berkualitas dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
hingga Perguruan Tinggi. Maka, hadirlah kebijakan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Merdeka Belajar-Kampus Merdeka, guna menjawab tuntutan
perubahan pada era revolusi industri 4.0.
Era Society 5.0
Hadirnya era revolusi industri 4.0 (the industrial revolution
4.0.) yang menawarkan literasi baru yakni data, technology, and human
literation, sebagai sebuah tesis baru era teknologi digital, sejak tahun 2018
muncul “anti tesis” dari Jepang yang lebih menjunjung “manusia” di samping
terjadinya revolusi data dan teknologi. Menurut Kantor Kabinet Jepang, Society
5.0 didefinisikan sebagai sebuah masyarakat yang berpusat pada manusia yang
menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial melalui
sistem yang sangat mengintegrasikan ruang maya dan ruang fisik.
Society 5.0 dimunculkan Jepang sebagai implementasi Rencana
Dasar Sains dan Teknologi ke-5 sebagai masyarakat masa depan yang harus dicita
– citakan oleh Jepang. Mereka ingin menjawab dan melompati isue yang berkembang
dari Eropa ke seluruh dunia tentang revolusi industri 4.0 yang dinilainya akan
menghilangkan peran masyarakat manusia dengan digantikan oleh teknologi.
Selanjutnya, mereka membagi lima tahapan kehidupan yakni diawali dengan
masyarakat berburu (Society 1.0), masyarakat pertanian (Society 2.0),
masyarakat industri (Society 3.0), masyarakat informasi (Society 4.0), dan
masyarakat konvergensi maya-fisik (Society 5.0). Tujuan dari konsep ini sendiri
adalah mewujudkan masyarakat dimana manusia-manusia di dalamnya benar-benar
menikmati hidup dan merasa nyaman. Society 5.0 sendiri baru diresmikan pada 21
Januari 2019 dan dibuat sebagai solusi atas revolusi industri 4.0 yang ditakutkan
akan mendegradasi umat manusia. Society 5.0 adalah masyarakat yang dapat
menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan
berbagai inovasi yang lahir di era revolusi industry 4.0 seperti Internet on
Things (internet untuk segala sesuatu), Artificial Intelligence (kecerdasan
buatan), Big Data (data dalam jumlah besar), dan robot untuk meningkatkan
kualitas hidup manusia.
Sebenarnya konsep revolusi 4.0 dan Society 5.0 tidak memiliki
perbedaan yang jauh. Hanya saja konsep Society 5.0 lebih memfokuskan konteks
terhadap manusia. Jika Revolusi industry 4.0 menggunakan kecerdasan buatan
sebagai komponen utama dalam membuat perubahan di masa yang akan datang, maka
Society 5.0 menggunakan teknologi modern hanya saja mengandalkan manusia
sebagai komponen utamanya. Society 4.0 memungkinkan kita untuk mengakses juga
membagikan informasi di internet. Society 5.0 adalah era dimana semua teknologi
adalah bagian dari manusia itu sendiri. Internet bukan hanya sekedar untuk
berbagi informasi melainkan untuk menjalani kehidupan.
Kesiapan Pendidikan di Indonesia
Pada era revolusi industri 4.0 diperlukan tiga literasi yaitu
literasi data, literasi manusia, dan literasi teknologi. Pembelajaran di era
revolusi 4.0 dapat menerapkan hybrid/blended learning dan Case-base Learning.
Pendidikan dalam era Society 5.0, memungkinkan peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran berdampingan dengan robot. Tantangan pasti akan dihadapi dalam
setiap transisi inovasi dan teknologi. Kita harus berani dan siap, jika tidak,
maka kita akan tenggelam oleh disrupsi ini. Lalu, bagaimana dengan kesiapan
pendidikan di Indonesia?
Trand pendidikan Indonesia saat ini yaitu online learning yang
menggunakan internet sebagai penghubung antara pendidik dan peserta didik.
Peran pendidik dalam era Revolusi Industri 4.0 harus diwaspadai, para pendidik
tidak boleh hanya menitikberatkan tugasnya hanya dalam transfer ilmu, namun
lebih menekankan pendidikan karakter, moral dan keteladanan. Hal ini
dikarenakan transfer ilmu dapat digantikan oleh teknologi, namun penerapan
softskill dan hardskill tidak bisa digantikan dengan alat dan teknologi
secanggih apapun. Dengan lahirnya Society 5.0 diharapkan dapat membuat
teknologi di bidang pendidikan yang tidak merubah peran pendidik dalam mengajarkan
pendidikan moral dan keteladanan bagi para peserta didik. Untuk mewujudkan
cita-cita Making Indonesia 4.0, harus ada wujud konkret dan usaha yang keras
untuk pemerintah Indonesia dan kita semua dalam menyongsong era digitalisasi.
Pendidikan di Indonesia perlu melihat kembali infrastruktur yang ada,
pengembangan SDM, menyinkronkan pendidikan dan industri, serta penggunaan
teknologi sebagai alat kegiatan belajar mengajar. Sedangkan, untuk menghasilkan
lulusan yang berkualitas, Perguruan Tinggi mesti memperhatikan empat hal yaitu
pendidikan berbasis kompetensi, pemanfaatan IoT (internet of things),
pemanfaatan virtual atau augmented reality dan yang terakhir pemanfaatan AI
(artifical intelligence). Dengan begitu, diharapkan pendidikan di Indonesia
telah siap memasuki era disrupsi ini.