Wikipedia

Hasil penelusuran

Jumat, 16 September 2022

Peran Motivasi Ekstrinsik dan Pelatihan Digital Marketing dalam Meningkatkan Kinerja Pelaku UMKM di Belitung Timur



https://journal.upy.ac.id/index.php/pkn/article/view/4061

Artikel ini terbit di Jurnal Kewarganegaraan Universitas PGRI Yogyakarta. Jil. 6 No. 2 September 2022  P-ISSN: 1978-0184 E-ISSN: 2723-2328

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan pemasaran digital dan motivasi ekstrinsik terhadap kinerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini  dilakukan dengan analisis unit Paguyuban UMKM Jasijuka Sejahtera, dengan populasi sebanyak 32  orang. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Non-Probability sampling dengan jenis sampel jenuh, sampling dengan jumlah sebanyak 32 responden, dengan teknik pengumoulan data adalah kuesioner. Metode pengolahan data menggunakan analisis regresi linier berganda menggunakan SPSS versi 23. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh tidak signifikan pelatihan digital pemasaran terhadap kinerja, terdapat pengaruh positif dan signifikan antara motivasi ekstrinsik terhadap kinerja dan secara simultan pelatihan digital marketing dan motivasi ekstrinsik terhadap kinerja.

Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Program Pejuang Muda 2021 Di Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Ketapang, Dan Kota Singkawang Provinsi Kalimantan Barat



https://jurnal-stiepari.ac.id/index.php/sewagati/article/view/147

Artikel ini sudah terbit di SEWAGATI Jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia. Vol.1, No.1 Maret 2022. e-ISSN: 2962-4126; p-ISSN: 2962-4495, Hal 01-10

Program Pejuang Muda Kampus Merdeka tahun 2021 merupakan program kolaborasi

bersama antar Kementerian Sosial, Kemendikbud Ristek dan Kemenag RI. Program ini memiliki

prinsip berdampak, inklusif dan kolaboratif. Pejuang muda diikuti oleh mahasiswa dari berbagai

lintas jurusan yang disebar dan ditempatkan di 34 provinsi dan 354 kabupaten/kota. Terdapat beberapa

kategori program yang dilakukan mahasiswa antara lain : 1. Pengembangan Program Bantuan Sosial.

2. Pemberdayaan Fakir Miskin dan Lanjut Usia. 3. Pola hidup sehat dan kesehatan lingkungan. 4.

Fasilitas untuk Kepentingan Umum Pembangunan. Dalam pelaksanaan dilapangan, mahasiswa

dibimbing oleh Mentor yang menyimpan kitf memberikan pembelajaraan musim berbagi,

pendampingan kegiatan dan penilaian kinerja mahasiswa melalui Tim Proyek Berbasis.

Metode pelaksanaan kegiatan melalui online dan offline. Tujuan pengabdian ini memastikan validasi

data yang benar dan sesuai terkait DTKS dari Pudatin Kemensos dan membantu meningkatkan

kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Sanggau, Sekadau, Kapuas Hulu, Ketapang dan Kota

Singkawang Provinsi Kalimantan Barat.



Senin, 05 September 2022

Pendidikan Dan Pelatihan yang Mempengaruhi Profesionalisme Guru: Studi Kualitatif Manajemen Sekolah


Artikel ini sudah terbit di jurnal http://www.jurnal.ugp.ac.id/index.php/jppmi/article/view/271
DOI: https://doi.org/10.55542/jppmi.v1i3.271         

Abstrak Pendidikan selalu menjadi perhatian utama untuk mempersiapkan masa depan setiap generasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan bagaimana pendidikan dan pelatihan mempengaruhi profesionalisme guru. Mengingat bahwa penelitian ini terkait dengan ilmu sosial dan humaniora, penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Koleksi data dilakukan dengan pengamatan dan wawancara partisipatif. Informan dipilih oleh teknik pengambilan sampel yang purposive dengan beberapa kriteria, dan diwawancarai dengan teknik satu-satu dan pertanyaan terbuka. Triangulasi, pemeriksaan anggota, dan briefing peer de 'dilakukan untuk mempertahankan dan validitas data.Analisis data dilakukan dengan konten dan analisis tema. Hasil penelitian yang diperoleh adalah 1) semakin tinggi tingkat pendidikan guru semakin profesional mereka. 2) Pelatihan membuat mereka lebih sadar akan profesionalisme mereka. 3) Pelatihan Pembelajaran dan Administrasi Membuat Mereka Lebih Profesional. 4) Pelatihan sikap membuat guru lebih bijaksana saat menghadapi masalah siswa. Penelitian ini memberikan beberapa pandangan luas tentang kehidupan guru dan bagaimana melatihnya dengan baik. Kata kunci: sikap; pelatihan administrasi; pendidikan; Profesionalisme guru; Pelatihan. Penelitian ini memberikan beberapa pandangan luas tentang kehidupan guru dan bagaimana melatihnya dengan baik.Kata kunci: sikap; pelatihan administrasi; pendidikan; Profesionalisme guru; Pelatihan. Penelitian ini memberikan beberapa pandangan luas tentang kehidupan guru dan bagaimana melatihnya dengan baik. Kata kunci: sikap; pelatihan administrasi; pendidikan; Profesionalisme guru; Pelatihan.

Rabu, 22 Juni 2022

Reconstruction of Thinking in Colorful Hats*


(Bagian 1)
Dalam acara pertukaran pelajar internasional yang diadakan oleh lembaga International Studec bekerja sama dengan Center for Strategic Entrepreneurship and Leadership Universitas Indonesia beberapa hari yang lalu, saya mendapat wawasan dari salah satu Profesor Universitas Jerman tentang cara berpikir menggunakan topi warna-warni. . Saya tidak tahu apakah saya baru mendengarnya atau belum pernah membacanya, tapi yang pasti pola pikir topi warna-warni ini sangat cocok bagi kita untuk menyusun ide, rencana dan strategi pengambilan keputusan di segala sektor kehidupan.

Saya mulai menelusuri profil Edward de Bono yang melahirkan konsep The Six Thinking Hats. Nama lengkapnya Edward Charles Francis Publius de Bono (1933-2021) mengajarkan banyak metode berpikir, Dia adalah penggagas cara berpikir lateral ini dan telah menulis sekitar 85 buku yang telah diterjemahkan ke dalam 46 bahasa di seluruh dunia. Edward De Bono merancang konsep berpikir untuk instansi pemerintah, perusahaan, organisasi, individu dan kelompok sosial.
Enam topi berpikir Edward De Bono adalah sistem sederhana dan efektif yang meningkatkan produktivitas kerja. Edward menggunakan personifikasi topi warna-warni dengan menjelaskan deskripsi setiap warna agar lebih mudah dicerna dan dipraktikkan. Enam topi sebagai metafora yang mendefinisikan jenis pemikiran tertentu. Kita dapat mengenakan atau melepas salah satu topi untuk menunjukkan jenis pemikiran yang akan digunakan. Banyak organisasi, baik publik maupun swasta, yang menggunakan sistem Enam Topi Berpikir Edward De Bono mengatakan bahwa hasilnya sangat menggembirakan, tim mereka lebih produktif dan umumnya lebih bahagia dan lebih sehat.
Mengenakan dan melepas topi ini warna ini sangat penting yang memungkinkan kita untuk berpindah dari satu jenis pemikiran ke yang lain. Jika kita tidak menemukan cara berpikir yang tidak sesuai dengan hasil, kita dapat mengubah dan menggunakan cara berpikir lain. Misalnya, dalam kelompok organisasi, semua anggota memakai topi yang sama pada waktu yang sama. Kemudian hasil yang berbeda akan ditemukan mengingat tujuan dan target yang berbeda.
Prinsip di balik Enam Topi Berpikir adalah pemikiran paralel yang memastikan bahwa setiap orang dalam rapat fokus dan memikirkan subjek yang sama pada waktu yang sama. Dalam sistem ini, berpikir dibagi menjadi enam kategori sesuai dengan pedoman yang harus dipatuhi.
Keenam topi warna-warni tersebut antara lain: Topi putih dengan tanda pengenal yang menanyakan informasi yang diketahui atau dibutuhkan. Topi Kuning melambangkan kecerahan dan optimisme. Kita bisa menggali sisi positifnya dan menyelidiki nilai dan manfaatnya. Kemudian Topi Hitam yang melambangkan kehati-hatian dan pemikiran kritis. Green Hat berarti berfokus pada kreativitas, kemungkinan, alternatif, dan ide-ide baru. (Dasar untuk mengekspresikan konsep baru dan persepsi baru - berpikir lateral). Selanjutnya, Topi Biru dapat digunakan untuk mengatur proses berpikir. Dan Topi Merah yang menandakan perasaan, firasat dan intuisi - tempat di mana emosi ditempatkan tanpa penjelasan.
*Aep Saefullah, MM. CPHCM, CHCBP, CHCM (Dosen di STIE Ganesha Jakarta)
Artikel ini telah dipublikasikan di www.kuningan.jarrakpos.com

PENGARUH DISIPLIN KERJA PEGAWAI DAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK TERHADAP KEPUASAN MASYARAKAT DI KANTOR DESA KADUGEDE KECAMATAN KADUGEDE KABUPATEN KUNINGAN

 Artikel ini sudah terbit di Jurnal Ilmiah Manajemen, Bisnis dan Kewirausahaan, Jil. 2 No.2 (2022): Juni 

DOI: 

https://doi.org/1055606/jurimbik.v2i2.129

https://journal.sinov.id/index.php/jurimbik/article/view/129

Abstrak : Tujuan Penelitian Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh hubungan antara disipilin kerja pegawai dan kualitas pelayanan Kantor Pemerintahan Desa Kadugede terhadap kepuasan masyarakat Desa Kadugede. Jenis penelitian ini adalah asosiatif kausalitatif dengan pengumpulan data kuosioner 100 responden dari total 4514 penduduk Desa Kadugede, pengambilan sampel mengguakan metode sampling insidenta


l
, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan, yakni seseorang yang kebetulan/insiden bertemu dengan peneliti . Teknik A nalisa data yang digunakan dengan
Uji Asumsi Klasik, Analisis Koefisien Korelasi dan Path Analysis . Hasil penelitian menunjukkan bahwa Disiplin Kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap masyarakat di Desa Kadugede . Disiplin Kerja bepengaruh langsung terhadap masyarakat sebesar 0,349 atau 12,18% . Selain itu  Kualitas pelayanan publik memiliki pengaruh signifikan terhadap masyarakat di Desa Kadugede . Kualitas pelayanan berpengaruh langsung terhadap masyarakat sebesar 0,475 atau 22,56%. Dalam penelitian ini ditemukan juga bahwa Disiplin Kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas pelayanan di Desa Kadugede. Disiplin Kerja bepengaruh langsung terhadap Kualitas pelayanan dengan pengaruh yang kuat sebesar 0,510  atau 26%. Dan terdapat pengaruh signifikan Disiplin Kerja terhadap masyarakat melalui kualitas pelayanan publik. Pengaruh total variabel Disiplin kerja terhadap masyarakat melalui Kualitas pelayanan sebagai variabel sebesar 34,93%. Hasil penelitian sebagai referensi dan tolak ukur serta dapat dikembangkan untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kepuasan masyarakat

 Kata Kunci: Disiplin Kerja, Kualitas Pelayanan Publik, tujuan.

Environmental Waste Problems In Germany

 Artikel ini telah dipublikasikan di Grup 4 di Asia Europe Student Exchange

Jerman merupakan negara yang disegani dalam berbagai bidang seperti pendidikan, teknologi, gaya hidup hingga sepak bola. Negara berbentuk Republik Federal ini terletak di jantung Eropa. Negara dengan demokrasi terbuka yang sangat up to date ini selalu menjadi penggerak gaya hidup dan budaya Eropa, bahkan mempengaruhi dunia.

Jerman adalah negara ekonomi paling kuat di dunia. Penduduk Jerman mencapai 82 juta orang. Ada berbagai industri kreatif dan kehidupan budaya yang berkembang dengan baik di Jerman. Jerman memiliki 370 universitas terkenal. Negara favorit untuk melanjutkan studi kuliah selain Amerika dan Inggris. Jerman telah menghasilkan 68 ilmuwan peraih Nobel. Atraksi ini membuat kami ingin melanjutkan studi master dan doktoral kami di negeri Tim Panzer.

Masalah

Jerman merupakan negara tersukses di Uni Eropa, namun memiliki masalah unik yang melingkupi masyarakatnya, yaitu masalah sampah. Pemerintah setempat dibuat bingung dengan keberadaan gunungan sampah di beberapa tempat. Masalah sampah harus segera diatasi, karena akan menimbulkan masalah lain yang lebih kompleks, tidak hanya terkait kebersihan lingkungan, tetapi juga masalah sosial.

Kementerian Lingkungan Jerman menjelaskan bahwa persyaratan hukum untuk pengelolaan limbah di semua negara bagian adalah sama, di bawah undang-undang federal. Jerman, yang memiliki 402 kota, memiliki aturan sendiri tentang bagaimana rumah tangga dan perusahaan harus menggunakan infrastruktur kota dan bertanggung jawab atas limbah yang mereka hasilkan.

Larutan

  • Daur ulang sistem pengelolaan sampah. Sistem daur ulang sampah di Jerman sudah berjalan lebih dari 20 tahun.
  • Peraturan yang melarang penimbunan sampah biodegradable atau daur ulang. Aturan yang mengimbau masyarakat untuk memilah sampah yang dihasilkan dari rumah tangga.
  • Pemisahan sampah kering dan basah (organik dan anorganik)
  • Mengubah kebiasaan konsumen masyarakat Jerman
  • Disediakan tempat sampah untuk botol atau gelas bekas yang dipisahkan warna di beberapa titik di pusat kota.
  • Petugas kebersihan yang merupakan pegawai pemerintah bekerja secara profesional, mereka datang ke rumah-rumah penduduk untuk mengambil sampah rumah tangga.
  • Penegakan Disiplin dan Tanggung Jawab Masyarakat
  • Kampanye publik dan edukasi tentang pengelolaan sampah
  • Kerjasama dan sinergi antar semua pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat.

Langkah Inovasi

  • Membuat alat teknologi baru untuk mendaur ulang sampah menjadi energi untuk pembangkit listrik/uap.
  • Making applied innovations in managing organic waste into fertilizer, using municipal waste incinerators
  • The innovation of plastic nets to catch garbage in rivers or coasts by using PVC pipes and iron wire. This is the right effort to prevent sea and river pollution dan
  • Waste sorting. Household waste, waste separation is not only based on dry and wet waste, but based on the type of waste generated, such as bio-waste, paper, packaging, glass, large waste, hazardous waste, textiles, electronic equipment, and residues. As for the trading and mining industries, waste separation is also carried out so that the waste processing results can be used as secondary raw materials.
  • Plasma Technology. Plasma is the fourth form of matter. Is a condition of ionized gas that also occurs in nature such as lightning and auroras. Meanwhile, in the field of plasma industry, it can be made using the electrical discharge method. The plasma that is formed will have a very high temperature.
  • Plasma gasification and vitrification are an effective methods of decomposing various organic and inorganic compounds into basic elements of a compound so that they can be reused and recycled. The most important component of a plasma gasification and vitrification system is a plasma reactor, which may consist of one or more plasma torches. A plasma torch can be formed by applying DC voltage to two electrodes. Furthermore, bypassing the gas through the two electrodes, a plasma torch is formed with a very high temperature between 5,000 oC to 10,000 oC.
  • Teknologi Bersih. Ke depan, gasifikasi dan vitrifikasi plasma akan menjadi solusi terbaik dalam pengolahan limbah. Manfaat gasifikasi dan vitrifikasi plasma dalam pengolahan limbah adalah produksi syngas yang merupakan bahan bakar gas dengan nilai kalor yang tinggi sehingga gas atau panas tersebut dapat digunakan untuk menggerakkan turbin gas atau untuk menggerakkan turbin uap pada pembangkit listrik. Dan untuk proses penyulingan air laut. 

Ide Terkait Dan Relevan

  • Membuat aplikasi untuk mengolah sisa makanan dengan ReFood. Refood adalah sebuah platform aplikasi mobile yang bertujuan untuk menghubungkan orang-orang yang memiliki kelebihan makanan yang masih layak untuk dimakan sehingga dapat didistribusikan kepada mereka yang membutuhkan.
  • Tujuan ReFood adalah untuk meminimalkan sisa makanan yang terbuang, mengubah sisa makanan menjadi makanan siap saji dan memberikan makanan kepada orang-orang yang membutuhkan.
  • Manfaat dari aplikasi platform digital ini meningkatkan kesadaran sosial dan semangat saling membantu, mengurangi pemborosan makanan, dan membuat proses bahan makanan menjadi efektif dan efisien.

Prospek Proyek

Masalah sampah merupakan masalah global yang terjadi di berbagai negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Permasalahan tersebut dapat teratasi, salah satunya melalui pemanfaatan berbagai inovasi dan teknologi digital yang dapat mengubah permasalahan sampah menjadi peluang bisnis.

Di era pandemi saat ini, dengan pesatnya perkembangan teknologi digital, menuntut dicarikan solusi yang tepat sasaran. Mayoritas masyarakat dunia telah menggunakan alat komunikasi digital kapanpun dan dimanapun. Aplikasi platform ReFood menjawab tantangan dalam masalah food waste. 


Selasa, 02 Maret 2021

Revolusi Industri 4.0 Dan Society 5.0 Serta Kesiapan Pendidikan Di Indonesia

 


SEJARAH revolusi industri dimulai dari terjadinya revolusi industri 1.0. pada abad 18, ditandai dengan ditemukannya mesin uap oleh James Watt, dan produksi kereta api pada tahun 1750-1830, pada era ini ditandai dengan mekanisasi produksi untuk menunjang keefektivan dan efisiensi aktivitas manusia. Revolusi industri 2.0 terjadi pada abad 19 yakni antara tahun 1870-1900 dengan penemuan listrik, alat komunikasi, kimia, dan minyak, pada era ini dicirikan oleh produksi massal dan standarisasi mutu. Revolusi industri 3.0 pada abad 20 yakni antara 1960-2010 dengan penemuan komputer, internet, dan telepon genggam, pada era ini ditandai dengan penyesuaian massal dan fleksibilitas manufaktur berbasis otomasi dan robot. Revolusi industri 4.0. terjadi pada abad 21 yakni sejak 2011 sampai sekarang. Era Revolusi industri 4.0. merupakan fase real change dari perubahan yang ada, ditandai dengan cyber fisik dan kolaborasi manufaktur.

Istilah industri 4.0 berasal dari sebuah proyek yang diprakarsai oleh pemerintah Jerman untuk mempromosikan komputerisasi manufaktur. Jerman merupakan negara pertama yang membuat roadmap (grand design) tentang implementasi ekonomi digital. Revolusi industri 4.0 ditandai dengan peningkatan digitalisasi manufaktur yang didorong oleh empat faktor: (1) peningkatan volume data, kekuatan komputasi, dan konektivitas; (2) munculnya analisis, kemampuan, dan kecerdasan bisnis; (3) terjadinya bentuk interaksi baru antara manusia dengan mesin; dan (4) perbaikan instruksi transfer digital ke dunia fisik, seperti robotika dan 3D printing.

Era Revolusi Industri 4.0 ditandai oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence), super komputer, rekayasa genetika, teknologi nano, mobil otomatis, dan inovasi. Pada era ini semakin terlihat wujud dunia yang telah menjadi kampung global. Revolusi Industri 4.0 memberikan dampak ekonomi, industri, pemerintahan dan politik. Namun demikian, di sisi lain, revolusi industri ini juga akan menghilangkan 800 juta lapangan kerja di seluruh dunia sehingga diestimasi terjadi sampai tahun 2030 karena diambil alih oleh robot. Hal ini bisa menjadi ancaman dunia termasuk bagi Indonesia sebagai negara yang memiliki angkatan kerja dan angka pengangguran yang cukup tinggi.

Mencermati berbagai perubahan dan inovasi serta perkembangan yang ada, Pemerintah Indonesia saat ini tengah melaksanakan langkah-langkah strategis yang ditetapkan berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0. Pemerintah dituntut menghasilkan sumber daya manusia berkualitas melalui proses Pendidikan yang berkualitas dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Perguruan Tinggi. Maka, hadirlah kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Merdeka Belajar-Kampus Merdeka, guna menjawab tuntutan perubahan pada era revolusi industri 4.0.

 

Era Society 5.0

Hadirnya era revolusi industri 4.0 (the industrial revolution 4.0.) yang menawarkan literasi baru yakni data, technology, and human literation, sebagai sebuah tesis baru era teknologi digital, sejak tahun 2018 muncul “anti tesis” dari Jepang yang lebih menjunjung “manusia” di samping terjadinya revolusi data dan teknologi. Menurut Kantor Kabinet Jepang, Society 5.0 didefinisikan sebagai sebuah masyarakat yang berpusat pada manusia yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial melalui sistem yang sangat mengintegrasikan ruang maya dan ruang fisik.

Society 5.0 dimunculkan Jepang sebagai implementasi Rencana Dasar Sains dan Teknologi ke-5 sebagai masyarakat masa depan yang harus dicita – citakan oleh Jepang. Mereka ingin menjawab dan melompati isue yang berkembang dari Eropa ke seluruh dunia tentang revolusi industri 4.0 yang dinilainya akan menghilangkan peran masyarakat manusia dengan digantikan oleh teknologi. Selanjutnya, mereka membagi lima tahapan kehidupan yakni diawali dengan masyarakat berburu (Society 1.0), masyarakat pertanian (Society 2.0), masyarakat industri (Society 3.0), masyarakat informasi (Society 4.0), dan masyarakat konvergensi maya-fisik (Society 5.0). Tujuan dari konsep ini sendiri adalah mewujudkan masyarakat dimana manusia-manusia di dalamnya benar-benar menikmati hidup dan merasa nyaman. Society 5.0 sendiri baru diresmikan pada 21 Januari 2019 dan dibuat sebagai solusi atas revolusi industri 4.0 yang ditakutkan akan mendegradasi umat manusia. Society 5.0 adalah masyarakat yang dapat menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir di era revolusi industry 4.0 seperti Internet on Things (internet untuk segala sesuatu), Artificial Intelligence (kecerdasan buatan), Big Data (data dalam jumlah besar), dan robot untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.

Sebenarnya konsep revolusi 4.0 dan Society 5.0 tidak memiliki perbedaan yang jauh. Hanya saja konsep Society 5.0 lebih memfokuskan konteks terhadap manusia. Jika Revolusi industry 4.0 menggunakan kecerdasan buatan sebagai komponen utama dalam membuat perubahan di masa yang akan datang, maka Society 5.0 menggunakan teknologi modern hanya saja mengandalkan manusia sebagai komponen utamanya. Society 4.0 memungkinkan kita untuk mengakses juga membagikan informasi di internet. Society 5.0 adalah era dimana semua teknologi adalah bagian dari manusia itu sendiri. Internet bukan hanya sekedar untuk berbagi informasi melainkan untuk menjalani kehidupan.

Kesiapan Pendidikan di Indonesia

Pada era revolusi industri 4.0 diperlukan tiga literasi yaitu literasi data, literasi manusia, dan literasi teknologi. Pembelajaran di era revolusi 4.0 dapat menerapkan hybrid/blended learning dan Case-base Learning. Pendidikan dalam era Society 5.0, memungkinkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran berdampingan dengan robot. Tantangan pasti akan dihadapi dalam setiap transisi inovasi dan teknologi. Kita harus berani dan siap, jika tidak, maka kita akan tenggelam oleh disrupsi ini. Lalu, bagaimana dengan kesiapan pendidikan di Indonesia?

Trand pendidikan Indonesia saat ini yaitu online learning yang menggunakan internet sebagai penghubung antara pendidik dan peserta didik. Peran pendidik dalam era Revolusi Industri 4.0 harus diwaspadai, para pendidik tidak boleh hanya menitikberatkan tugasnya hanya dalam transfer ilmu, namun lebih menekankan pendidikan karakter, moral dan keteladanan. Hal ini dikarenakan transfer ilmu dapat digantikan oleh teknologi, namun penerapan softskill dan hardskill tidak bisa digantikan dengan alat dan teknologi secanggih apapun. Dengan lahirnya Society 5.0 diharapkan dapat membuat teknologi di bidang pendidikan yang tidak merubah peran pendidik dalam mengajarkan pendidikan moral dan keteladanan bagi para peserta didik. Untuk mewujudkan cita-cita Making Indonesia 4.0, harus ada wujud konkret dan usaha yang keras untuk pemerintah Indonesia dan kita semua dalam menyongsong era digitalisasi. Pendidikan di Indonesia perlu melihat kembali infrastruktur yang ada, pengembangan SDM, menyinkronkan pendidikan dan industri, serta penggunaan teknologi sebagai alat kegiatan belajar mengajar. Sedangkan, untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas, Perguruan Tinggi mesti memperhatikan empat hal yaitu pendidikan berbasis kompetensi, pemanfaatan IoT (internet of things), pemanfaatan virtual atau augmented reality dan yang terakhir pemanfaatan AI (artifical intelligence). Dengan begitu, diharapkan pendidikan di Indonesia telah siap memasuki era disrupsi ini.