Bulan Ramadhan bulan yang menunjukkan pada manusia untuk seimbang dalam hidup. Di bulan Ramadhan kita bersemangat untuk menambah amal-amal ibadah,
dan amal-amal sunat. Artinya kita menahan diri atas satu pekerjaan yang monoton dan lalai beribadah kepadaNya. Orang yang lalai atas mengingat Allah, selalu asyik dengan pekerjaannya, sehingga waktu istirahat siang, sholat, dan makan sering terabaikan. Atau waktu yang seharusnya dipakai untuk beribadah kepada Allah dipakai untuk makan siang bersama kekasih. Sholat? tinggal. Di bulan Ramadhan kita diajarka hidup seimbang, antara pekerjaan, dan Ibadah. Pekerjaan untuk kepentingan dunia dan Ibadah untuk kepentingan Akhirat.
Bulan Ramadhan adalah bulan yang mengajarkan Manusia akan pentingnya
arti persaudaraan, dan silaturahmi. Di keluarga orang yang tidak
mengerti akan arti persaudaraan. Persaudaraan di keluarga tidak begitu
akrab, adik beradik bertengkar, Ibu dan Ayah kadang saling tidak
memperhatikan. Persaudaraan dari Gang Jalanan, banyak juga
perkelahiannya. Persaudaraan atas satu kelompok, satu bangsa, satu tanah
air, hanya selogan dan nama, kurang sekali mendapat makna. Dalam Islam
ada persaudaraan sesama muslim, akan tampak jelas jika berada dibulan
Ramadhan, Orang memberikan tajil perbukaan puasa gratis. Sholat bersama
di masjid, memberi ilmu islam dan banyak ilmu Islam di setiap ceramah
dan diskusi keagamaan yang dilaksanakan di Masjid. Semuanya didapat
gratis tanpa bayaran. Sesama muslim saling bersalaman, bercengkrama
saling menanyakan kabar. Sama-sama sholat tarawih tadarus dengan saling
mengajarkan Qur'an, dan banyak makanan sedekah di Masjid. Ya tentunya
Gratis. Persaudaraan sesama muslim sebenarnya punya pelajaran dan bab
khusus, ada ayat qur'an tentang persaudaraan, ada banyak hadits nabi,
tetapi jarang diperhatikan orang betapa pentingnya arti persaudaraan
itu. Tetapi dibulan Ramadha ia akan tampak dengan sendirinya.
Bulan Ramadhan mengajarkan akan adanya tujuan setiap perbuatan dalam kehidupan. Di bulan puasa kita diharuskan sungguh-sungguh dalam beribadah, menetapkan niat yang juga berisi tujuan kenapa dilakukannya puasa. Tuajuan puasa adalah untuk melatih diri kita agar dapat menghindari dosa-dosa di hari yang lain di luar bulan Ramadhan. Kalau tujuan tercapai maka puasa berhasil. Tapi jika tujuannya gagal maka puasa tidak ada arti apa-apa. Jadi kita terbiasa berorientasi kepada tujuan dalam melakukan segala macam amal ibadah.
Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita hidup ini harus selalu mempunyai nilai ibadah. Setiap langkah kaki menuju masjid ibadah, menolong orang ibadah, berbuat adil pada manusia ibadah, tersenyum pada saudara ibadah, membuang duri di jalan ibadah, sampai tidurnya orang puasa ibadah, sehingga segala sesuatu dapat dijadikan ibadah. Sehingga kita terbiasa hidup dalam ibadah. Artinya semua dapat bernilai ibadah.
Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita akan arti hidup hemat dan
sederhana. Setiap hari kita membeli kue dan minuman untuk berbuka puasa.
Dari sekian banya kue dan minuman yang kita beli. Hanya minuman segelas
teh buatan kita sendiri yang diminum. Yang lain banyak tertinggal dan
sebagian terbuang keesokan harinya. Hal ini menyadarkan kita, bahwa apa
yang kita beli banyak-banyak sebelum berbuka, hanyalah hawa nafsu saja.
Kebutuhan kita hanyalah segelas teh manis! Mengapa kita harus membeli
banyak-banyak minuman dan kue-kue yang akhirnya tidak kita makan? Hal
ini menyadarkan kita betapa kita harus hemat, membeli sekedar yang
dibutuhkan. Kelebihan uang yang kita punyai mungkin dapat kita
sedekahkan bagi yang lebih membutuhkan.
Bulan Ramadhan mengajarkan pada kita akan pentingnya rasa syukur kita,
atas nikmat-nikmat yang diberikan pada kita. Rasa syukur kita akan
adanya nikmat makanan yang telah kita punyai terasa ketika kita puasa.
Kita merasakan lapar, tetapi kita masih mempunyai makanan. Bagaimana
dengan orang yang merasakan lapar tetapi bukan karena ia juga puasa,
tetapi karena memang tidak punya makanan? Kita sakit, kita dapat makan
obat ketika buka, tetapi bagaimana dengan orang yang tidak punya obat,
ketika ia sakit? Kita enak, ketika kita puasa merasa lapar dan haus,
kita lengahkan dengan menonton televisi atau hal-hal lain seperti
internet. Bagaimana dengan orang ketika ia lapa dan haus mereka
lengahkan lapar dan hausnya dengan bekerja memenuhi tuntutan majikannya?
Bukan karena memang tidak punya televisi atau internet, tetapi karena
tuntutan hidup, yang mengharuskan ia bekerja untuk makan hari ini dan
hari ketika ia tidak bekerja. Tidakkah harusnya kita bersyukur terhadap
nikmat yang telah diberikan pada kita?
(dikutip dari berbagai media)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar