Wikipedia

Hasil penelusuran

Selasa, 02 Maret 2021

KEPEMIMPINAN BERBASIS ADVERSITY QUOTIENT (AQ) *


Apa itu Adversity Quotient?

Adversity Quotient sering disingkat AQ merupakan istilah baru kecerdasan manusia yang diperkenalkan oleh Paul G. Stoltz pada tahun 1997 dalam bukunya berjudul Adversity Quotient : Turning Obstacle into Opportunities. Kata adversity berasal dari bahasa Inggris yang bermakna kegagalan atau kemalangan. Menurut Stoltz (2000:9), adversity quotient (AQ) adalah kecerdasan seseorang dalam menghadapi rintangan atau kesulitan secara teratur. Adversity quotient membantu individu memperkuat kemampuan dan ketekunan dalam menghadapi tantangan hidup sehari-sehari.

Kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ) yang pada masa lalu dianggap sebagai faktor utama bagi seseorang dalam meraih sukses, sudah tak mampu lagi dijadikan pijakan. Hal ini karena ternyata banyak ditermukan sebuah realitas yang menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki IQ maupun EQ yang tinggi pun banyak yang mengalami kegagalan. Namun demikian ia tak menampik bahwa kedua jenis kecerdasan tersebut memiliki peran. Hanya saja, ia mempertanyakan mengapa ada orang yang mampu bertahan dan terus maju, ketika banyak dari yang lain terhempas ketika diterpa badai kesulitan, padahal mungkin diantara mereka sama-sama brilian dan pandai bergaul. Disinilah menurut Stoltz, Adversity Quotient menjadi pembeda diantara mereka (Stoltz, 2000:17-20).

Berikut ini beberapa pengertian Adversity Quotient (AQ) dari beberapa sumber buku referensi:

enurut Leman (2007:115), adversity quotient secara ringkas, yaitu sebagai kemampuan seseorang untuk menghadapi masalah. Beberapa definisi di atas yang cukup beragam, terdapat fokus atau titik tekan, yaitu kemampuan yang dimiliki seseorang, baik fisik ataupun psikis dalam menghadapi problematika atau permasalahan yang sedang dialami.

Menurut Nashori (2007:47), adversity quotient merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan kecerdasannya untuk mengarahkan, mengubah cara berfikir dan tindakannya ketika menghadapi hambatan dan kesulitan yang bisa menyengsarakan dirinya.

Menurut Wangsadinata dan Suprayitno (2008), Adversity Quotient adalah suatu kemampuan atau kecerdasan ketangguhan berupa seberapa baik individu bertahan atas cobaan yang dialami dan seberapa baik kemampuan individu dapat mengatasinya.

 *Aspek atau Dimensi Adversity Quotient *

toltz (2000:102) membagi empat aspek atau dimensi dasar yang akan menghasilkan kemampuan adversity quotient yang tinggi yang kemudian disingkat menjadi CO2RE (Control, Origin, Ownership, Reach, Endurance)

a. Control (kendali)

Control atau kendali adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan dan mengelola sebuah peristiwa yang menimbulkan kesulitan di masa mendatang. Kendali diri ini akan berdampak pada tindakan selanjutnya atau respon yang dilakukan individu bersangkutan, tentang harapan dan idealitas individu untuk tetap berusaha keras mewujudkan keinginannya walau sesulit apapun keadaannya sekarang.

b. Origin (asal-usul) dan ownership (pengakuan)

Sejauh mana seseorang mempermasalahkan dirinya ketika mendapati bahwa kesalahan tersebut berasal dari dirinya, atau sejauh mana seseorang mempermasalahkan orang lain atau lingkungan yang menjadi sumber kesulitan atau kegagalan seseorang. Rasa bersalah yang tepat akan menggugah seseorang untuk bertindak sedangkan rasa bersalah yang terlampau besar akan menciptakan kelumpuhan. Poin ini merupakan pembukaan dari poin ownership. Ownership mengungkap sejauh mana seseorang mengakui akibat-akibat kesulitan dan kesediaan seseorang untuk bertanggung jawab atas kesalahan atau kegagalan tersebut.

 c. Reach (jangkauan)

Sejauh mana kesulitan ini akan merambah kehidupan seseorang menunjukkan bagaimana suatu masalah mengganggu aktivitas lainnya, sekalipun tidak berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi. Adversity quotient yang rendah pada individu akan membuat kesulitan merembes ke segi-segi lain dari kehidupan seseorang.

 d. Endurance (daya tahan)

Endurance adalah aspek ketahanan individu. Sejauh mana kecepatan dan ketepatan seseorang dalam memecahkan masalah. Sehingga pada aspek ini dapat dilihat berapa lama kesulitan akan berlangsung dan berapa lama penyebab kesulitan itu akan berlangsung. Hal ini berkaitan dengan pandangan individu terhadap kepermanenan dan ketemporeran kesulitan yang berlangsung. Efek dari aspek ini adalah pada harapan tentang baik atau buruknya keadaan masa depan. Makin tinggi daya tahan seseorang, makin mampu menghadapi berbagai kesukaran yang dihadapinya.

 Faktor Pembentuk Adversity Quotient

Faktor-faktor pembentuk adversity quotient adalah sebagai berikut (Stoltz, 2000:92):

Daya saing.

Produktivitas.

Motivasi.

Mengambil risiko.

Perbaikan.

Ketekunan.

Belajar.

 Cara Menumbuhkan Adversity Quotient

a. Listened (dengar)

b. Explored (gali)

c. Analized (analis)

d. Do (lakukan)

* Mata Kuliah Dr. Muhamad Ridwan, MM STIE Ganesha Jakarta


Tidak ada komentar: