Pengertian Komitmen Organisasi
Variasi definisi dan ukuran komitmen organisasi sangat luas. Sebagai sikap, komitmen organisasi paling sering didefinisikan sebagai (1) keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu; (2) keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi; (3) keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi. Dengan kata lain, ini merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan dimana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan (Fred Luthan, 2006:249).
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia No.25/KEP/M.PAN/2002 menyatakan pengertian komitmen adalah keteguhan hati, tekad yang mantap, dan janji untuk melakukan atau mewujudkan sesuatu yang diyakini. Komitmen organisasi mencerminkan sejauh mana seorang individu mengidentifikasi organisasi dan tujuannya (Kreitner & Kinicki, 2008).
Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan komitmen sebagai suatu keadaan dimana seorang individu memihak organisasi serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keangotaannya dalam organisasi. Mathis dan Jackson (dalam Sopiah, 2008 : 155) mendefinisikan komitmen organisasional sebagai derajad dimana karyawan percaya dan mau menerima tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasinya.
Sedangkan Luthans (2006) menyebutkan bahwa komitmen organisasi adalah keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu, keinginan untuk berusaha keras sesuai dengan keinginan organisasi dan keyakinan tertentu juga penerimaan nilai dan tujuan organisasi. Dari pengertian tersebut dapat diartikan komitmen organisasi merupakan sikap yang menunjukan loyalitas seseorang pada suatu organisasi dan juga proses yang berkelanjutan dimana seseorang mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi.
Komitmen organisasi menurut Rivai (dalam Octavia, 2006) didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu.
Menurut Wati (2013) komitmen organisasi adalah derajat sejauh mana keterlibatan seseorang dalam organisasinya dan kekuatan identifikasinya terhadap suatu organisasi tertentu. Komitmen organisasi juga ditandai dengan tiga hal, yaitu suatu kepercayaan yang kuat terhadap organisasi juga penerimaan terhadap tujuan- tujuan dan nilai-nilai sebuah organisasi, keinginan kuat untuk memelihara hubungan yang kuat dengan organisasi dan kesiapan serta kesediaan untuk menyerahkan usaha keras demi kepentingan organisasi. Berdasarkan pengertian tersebut pemerintah daerah yang memiliki komitmen terhadap organisasinya akan lebih dapat bertahan sebagai bagian dari organisasi dibandingkan dengan pemerintah daerah yang tidak memiliki komitmen terhadap organisasinya.
Mathins dan Jackson (2006; 122) mengemukakan bahwa komitmen organisasi adalah tingkat sampai dimana seorang karyawan yakin dan menerima tujuan organisasional serta berkeinginan untuk tinggal bersama organisasi tersebut. Dengan adanya komitmen seorang pemerintah daerah, maka ia akan memiliki sikap loyalitas juga berkeinginan untuk mencapai tujuan organisasinya dengan baik. Komitmen organisasi juga dapat diartikan sebagai derajat dimana seseorang terlibat dalam organisasinya dan berkeinginan untuk tetap menjadi anggotanya, dimana di dalamnya mengandung sikap kesetiaan dan kesediaan seseorang untuk bekerja secara maksimal bagi organisasi tempat seorang tersebut bekerja. Komitmen yang tinggi menjadikan seseorang lebih mementingkan organisasi dari pada kepentingan pribadi dan berusaha menjadikan organisasi menjadi lebih baik. Komitmen organisasi yang rendah akan membuat seseorang untuk berbuat demi kepentingan pribadinya (Greenberg dan Baron, 2003; 160).
Konopaske, Ivancevichn dan Matteson (2007; 234) menyatakan bahwa komitmen terhadap organisasi melibatkan tiga sikap, yaitu identifikasi dengan tujuan organisasi, perasaan keterlibatan dalam tugas–tugas organisasi, dan perasaan setia terhadap organisasi. Pekerjaan yang menjadi tugasnya dipahami sebagai kepentingan pribadi, dan memiliki keinginan untuk selalu loyal demi kemajuan organisasi.
Selanjutnya McShane dan Von Glinow (2008; 119) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai pengaruh yang paling kuat, dimana orang mengidentifikasi terhadap permintaan dan sangat termotivasi untuk melaksanakannya, bahkan ketika sumber motivasi tidak lagi hadir. Komitmen organisasi juga mengacu kepada ikatan emosional seorang pemerintah daerah untuk diidentifikasi dan keterlibatan dalam organisasi tertentu.
Ciri-ciri Komitmen Organisasi
Menurut Porter (Koentjoro,
2002) juga menyatakan bahwa anggota yang memiliki komitmen organisasi ditandai
dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Penerimaan terhadap
nilai-nilai dan tujuan organisasi.
b. Kesiapan dan kesedian untuk
berusaha dengan sungguh-sungguh atas nama organisasi
c. Keinginan untuk
mempertahankan keanggotaan didalan organisasi (menjadi bagian dari
organisasi).
Dimensi Komitmen
Dikarenakan komitmen organisasi bersifat multidimensi, maka terdapat perkembangan untuk tiga model komponen yang diajukan oleh Meyer dan Allen (dalam Luthan, 2006:249). Ketiga dimensi tersebut akan dijelaskan di bawah ini.
1. Komitmen Afektif
Merupakan keterikatan emosional
karyawan, identifikasi, dan keterlibatan dalam organisasi..
2. Komitmen Kelanjutan
Merupakan komitmen berdasarkan
kerugian yang berhubungan dengan keluarnya karyawan dari organisasi. Hal ini
mungkin karena kehilangan senioritas atas promosi atau benefit.
3. Komitmen Normatif
merupakan perasaan wajib untuk
tetap berada dalam organisasi karena memang harus begitu; tindakan tersebut
merupakan hal benar yang harus dilakukan.
Robbins (2008; 101) mengelompokan komitmen organisasi dengan tiga indikator yang terpisah, yaitu :
1. Komitmen Afektif (Affective Commitment)
Komitmen afektif merupakan
perasaan emosional untuk organisasi dan keyakinan di dalam nilai-nilainya.
Seseorang yang memiliki komitmen afektif yang kuat akan terus bekerja dalam
suatu organisasi karena mereka memang ingin melakukan hal tersebut.
2. Komitmen Berkelanjutan
(Continuance Commitment) Komitmen berkelanjutan merupakan nilai ekonomi yang
dirasakan dari bertahan dalam suatu organisasi dibandingkan dengan
meninggalkan organisasi tersebut. Seorang karyawan mungkin bertahan dan
berkomitmen dengan organisasi dan pemberi kerja karena diberi imbalan yang
cukup tinggi. Komitmen ini menyebabkan seorang karyawan bertahan pada suatu
organisasi karena mereka membutuhkannya.
3. Komitmen Normatif (Normative
Commitment) Komitmen normatif merupakan kewajiban seseorang untuk
bertahan di dalam suatu organisasi untuk alasan-alasan moral atau etis.
Komitmen ini menyebabkan seorang karyawan bertahan pada suatu pekerjaan karena
mereka merasa wajib untuk melakukannya. Dengan kata lain, komitmen normatif ini
berkaitan dengan perasaan wajib untuk tetap bekerja dalam sebuah
organisasi.
Komitmen afektif (Affective Commitment), komitmen berkelanjutan (Continuance Commitment), dan komitmen normatif (Normative Commitment), dapat digunakan dalam menguji komitmen organisasi pada pemerintah daerah. Seorang aparatur pemerintah daerah yang berkerja dalam suatu organisasi harus memiliki komitmen dalam menjalankan tugasnya. Komitmen seorang aparatur pemerintah daerah dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti perasaan emosional untuk organisasi juga keyakinan di dalam nilai-nilainya, nilai ekonomi yang dirasakan oleh seorang aparatur pemerintah daerah tersebut dalam bertahan di organisasinya dan juga adanya alasan-alasan moral atau etis (Robbins, 2008; 103)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komitmen
Komitmen pegawai pada organisasi tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui proses yang cukup panjang dan bertahap. Steers (dalam Sopiah, 2008) menyatakan ada tiga faktor yang mempengaruhi komitmen seorang karyawan. Berikut ini adalah ketiga faktor tersebut.
• Ciri pribadi pekerja termasuk
masa jabatannya dalam organisasi, dan variasi kebutuhan dan keinginan yang
berbeda dari tiap karyawan. Ciri pekerjaan, seperti identitas tugas dan
kesempatan berinteraksi dengan rekan sekerja.
• Pengalaman kerja, seperti
keterandalan organisasi di masa lampau dan cara pekerja-pekerja lain
mengutarakan dan membicarakan perasaannya tentang organisasi.
David (dalam Sopiah, 2008:163) mengemukakan ada empat faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan. Berikut ini adalah keempat faktor tersebut.
1. Faktor personal, misalnya
usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan kepribadian.
2. Karakteristik pekerjaan,
misalnya lingkup jabatan, tantangan dalam pekerjaan, konflik peran,
tingkat kesulitan dalam pekerjaan.
3. Karakteristik struktur,
misalnya besar kecilnya organisasi, bentuk organisasi, kehadiran serikat
pekerjan, dan tingkat pengendalian yang dilakukan organisasi
terhadap karyawan.
4. Pengalaman kerja. Pengalaman
kerja seorang karyawan sangat berpengaruh terhadap tingkat komitmen
karyawan pada organisasi. Karyawan yang baru beberapa tahun bekerja
dan karyawan yang sudah puluhan tahun bekerja dalam organisasi tentu
memiliki tingkat komitmen yang berlainan.
Stum (dalam Sopiah, 2008:164) mengemukakan ada 5 faktor yang berpengaruh terhadap komitmen organisasi:
1. budaya keterbukaan,
2. kepuasan kerja,
3. kesempatan personal untuk
berkembang,
4. arah organisasi,
5. penghargaan kerja yang
sesuai dengan kebutuhan.
Luthans (2006; 249) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi diantaranya, yaitu :
1. Variabel orang Variabel
orang ini meliputi usia, kedudukan dalam organisasi dan di posisi seperti
efektivitas positif atau negatif, atau atribusi kontrol internal dan eksternal.
2. Variabel organisasi Variabel
organisasi meliputi desain pekerjaan, nilai, dukungan dan gaya kepemimpinan
penyelia.
3. Variabel non-organisasi
Variabel non-organisasi yaitu adanya alternatif lain setelah memutuskan untuk
bergabung dengan organisasi akan mempengaruhi komitmen selanjutnya.
Menurut Staw (Wijayanti, 2002) komitmen organisasi dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
a. Karakteristik personal,
yaitu kondisi potensi, kapasitas kemampuan dan kemauan seorang anggota dengan
kebutuhan organisasi. Suatu organisasi mencari calon anggota dengan potensi,
kapasitas kemampuan dan kemampuan bekerja sama yang
baik.
b. Karakteristik organisasi
antara lain menyangkut :
1) Desentralisasi dan otonomi
tanggung jawab. Organisasi sentralistik dengan segala keputusan ditentukan dari
atas, ternyata kurang efektif dalam operasional sehari-hari. Jenjang struktural
yang terlalu rumit dan birokratis membuat organisasi kerja kurang efektif.
Mekanisme sistem kerja yang jelas dan tugas optimalisasi fungsi pemberdayaan
antar bagian dan desentralisasi wewenang berkorelasi positif terhadap komitmen
2) Partisipasi aktif, ikut
berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan termasuk dalam pengambilan keputusan
dan rasa kepemilikan, berkorelasi positif dengan komitmen.
3) Hubungan yang baik antar
anggota satu sama lain. Apabila kualitas hubungan baik, seringkali terjadi
diskusi tentang penyelesaian permasalahan dalam organisasi.
c. Karakteristik pengalaman
berorganisasi, pengalaman berorganisasi dapat mempengaruhi komitmen organisasi
kerena anggota akan mengetahui sajauh mana anggota merasakan: 1) sikap positif
kelompoknya terhadap tempat berorganisasi; 2) dirinya penting bagi
organisasinya.
Berdasarkan uraian diatas ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi tinggi rendahnya komitmen organisasi baik itu dari anggota itu sendiri, karakteristik pekerjaan, karakteristik organisasi dan karakteristik pengalaman berorganisasi. Di samping hal itu komitmen organisasi juga dipengaruhi oleh persepsi anggota terhadap seberapa tinggi komitmen yang ditunjukkan organisasi terhadap anggota itu sendiri.
Aspek-aspek dalam Komitmen Organisasi
Menurut Koentjoro (2002) komitmen organisasi memiliki tiga aspek penting yaitu:
a. Identifikasi
Identifikasi terbentuk dalam
kepercayaan anggota terhadap organisasi, dapat dilakukan dengan memodifikasi
tujuan organisasi, sehingga mencakup beberapa tujuan pribadi para anggota atau
dengan kata lain organisasi memasukkan pula kebutuhan dan keinginan anggota
dengan organisasi. Hal ini akan menghasilkan suasana yang saling mendukung
diantara para anggota dengan organisasi, suasana tersebut juga akan membawa
anggota dengan rela menyumbangkan sesuatu bagi tercapainya tujuan organisasi,
karena anggota juga menerima tujuan orgnisasi yang dipercayai telah disusun
demi terpenuhinya kebutuhan pribadi.
b. Keterlibatan
Keterlibatan atau partisipasi
anggota dalam aktivitas-aktivitas kerja penting untuk diperhatikan karena
adanya keterlibatan anggota menyebabkan mereka akan mau dan senang bekerja sama
dengan anggota yang lain. Salah satu cara yang dapat memancing keterlibatan
anggota adalah dengan mamancing partisipasi mereka dalam berbagai kesempatan
pengambilan keputusan, yang dapat menumbuhkan keyakinan pada anggota bahwa apa
yang telah diputuskan adalah merupakan keputusan bersama. Disamping itu, dengan
melakukan hal tersebut maka anggota merasakan bahwa mereka diterima
sebagai bagian yang utuh dari organisasi, dan konsekuensi lebih lanjut, mereka
merasa wajib untuk melaksanakan bersama apa yang telah diputuskan karena adanya
rasa keterikatan dengan apa yang mereka ciptakan.
Menurut Beynon (Koentjoro,
2002) mengatakan bahwa partisipasi akan meningkat apabila mereka menghadapi
suatu situasi yang penting untuk mereka diskusikan bersama, dan salah satu
situasi yang perlu didiskusikan bersama tersebut adalah kebutuhan serta
kepentingan pribadi yang ingin dicapai oleh anggota dalam organisasi. Apabila
kebutuhan tersebut dapat terpenuhi hingga anggota memperoleh kepuasan, maka
anggotapun akan menyadari pentingnya memiliki kesediaan untuk menyumbangkan
usaha dan kontribusi bagi kepentingan organisasi. Sebab hanya dengan pencapaian
kepentingan orgnisasilah, kepentingan anggota akan lebih terpuaskan.
c. Loyalitas
Loyalitas anggota terhadap
organisasi memiliki makna kesediaan seseorang untuk melanggengkan hubungan
dengan organisasi, bila perlu dengan mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa
mengharapkan apapun. Kesediaan anggota untuk mempertahankan diri dalam
organisasi adalah hal yang penting dalam menunjang komitemen anggota terhadap
organisasi dimana mereka berorganisasi. Hal ini dapat diupayakan apabila
anggota merasakan adanya keamanan dan kepuasan didalam organisasi tempat ia
bergabung.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada tiga aspek penting dalam komitmen organisasi yaitu identifikasi, keterlibatan dan loyalitas. Ketiga aspek ini sangat penting untuk menumbuhkan komitmen anggota dalam rangka pencapaian tujuan baik organisasi maupun anggota itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar